Jumat, 13 Agustus 2010

Jendela Kayu Tak Berwarna

09 oktober 2009 dibalik bilik rumah berjendela kayu tak berwarna.
   
Pkl. 06.30, di balik jendela kayu tak berwarna

Kembali saat kubuka jendela kayu yang tak berwarna. Kurasakan aroma embun dan kabut pagi yang belum sempurnanya pudar terasa. Kicau burung kecil yang tak pernah sunyi untuk mengisi instrument alam menyentuh jiwa-jiwa yang telah lelap terbuai dalam mimpi-mimpi indahnya. Pancaran cahaya mentari berlari kecil ke setiap sudut dunia membisikan kata lembut di setiap jiwa yang masih terbuai dalam mimpi-mimpi indahnya untuk segera memulai hidup baru,

Doa

Allah ya rabbi, apa karena telah terlalu hitam lembaran fitrahku,
terlalu lelah diri untuk hanya memikul secuil kebajikan,
namun terlalu enteng untuk menenteng sebukit keburukan,

Allah ya rabbi, dingin sunyi menakutkan jiwa ini,
membeku seakan tanpa hangat cahaya keagunganmu,
maafkan diri telah berlari menjauhi,
berlari menghindari,
berlari tak peduli,

Kita

adalah kami
aku, kamu dan dia
kita..
tepat dan bijak
kita tuturkan kata kita untuk taat
pada tuhan yang maha melihat
kita..
pemanis hati
kita tuturkan kata kita untuk saling mencintai
kita..
kami, aku, kamu dan dia



a.elshidqy, cairo 2009

Malu Tetangga

dia malu bukan karena tak punya baju
dia punya baju, baru
tidak tetangga dia
dia malu bukan karena tak berilmu
dia seorang guru
tatangga dia

Aku bosan Denganmu

ah sudahlah!
aku bosan denganmu
katanya kau orang hebat
nyatanya,
kata-katamu kian kau otak-atik dengan otak licik
melaknat orang-orang cilik
kau jabat pejabat-pejabat bejat dan birokrat keparat
menjerat rakyat melarat makin sekarat
saat rakyat menjerit terhimpit pailit dan sakit
ah sudahlah!