Selasa, 22 Februari 2011

kaidah dakwah

"Dakwah Di Jalan Allah swt Adalah Jalan Menuju Selamat Dunia Dan Akhirat"

Sangat penting bagi setiap du’at untuk mengetahui bahwasanya Allah swt menciptakan manusia tidak lain hanya untuk beribadah kepadaNya. Sebagaimana dalam firmanNya “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu”(adz dzariat ; 56). Dan tidak dikatakan suatu ibadah kecuali jika berdasarkan hujjah yang jelas. Dan tidak pula dikatakan sebagai hujjah yang jelas kecuali apabila sesuai dengan risalah Allah swt yang diturunkan kepada para Nabi dan RasulNya. Dan mereka yang diutus sebagai Nabi dan Rasul, disebut juga sebagai du’at atau para da’i yang menyampaikan dan menunjukan kepada kebenaran. Maka itulah sesungguhnya kesibukan mereka yang hakiki yang sesuai dengan kehendak dan maksud Allah swt. Sebagaimana Allah swt telah menjadikan adam sebagai khalifah di muka bumi, yaitu untuk menjalankan ketentuan dan perintahNya. Dalam hal ini Allah swt berfirman dalam alqur’an “dan ketika tuhanmu berkata kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan kholifah di muka bumi”(albaqoroh; 30). Dengan demikian, maka sesungguhnya maksud Allah swt menciptakan manusia di muka bumi ini adalah agar manusia mensibukan dirinya dengan segala perintahNya sebagaimana yang tercantum dalam firmanNya “dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia di muka bumi kecuali untuk beribadah kepadaKu”
Imam ar Razi berkata:
“apa sesungguhnya ibadah yang diperintahkan oleh Allah swt sebagai maksud dan tujuan jin dan manusia diciptakan? Jawabannya adalah: yaitu mengagungkan setiap perkara Allah swt dan berkasih sayang terhadap makhlukNya. Maka manakala bentuk dari pengagungan terhadap yang maha agung dan maha mulia tersebut tidak diketahui secara akal, maka mestilah mengikuti syariat-syariat dan mengambilnya dari perkataan para RasulNya alaihimussalam. Hal itu sesungguhnya merupakan suatu kenikmatan dari Allah swt untuk hambaNya dengan mengutus para Rasul untuk menerangkan jalan dan petunjuk dari macam-macam ibadah.(tafsir arRazi 28/435) dan pembagian macam-macam ibadah ini, untuk pembagian ibadah yang sempurna dan menyeluruh.
Berdakwah di jalan  Allah swt yaitu menyampaikan segala bentuk pengagungan terhadapNya serta mengajak kepada suatu fikrah atau tujuan dengan mengerahkan segala kesungguhannya di jalan Allah swt. Yang demikian itu agar tercapainya tujuan atau fikrah tersebut. Dan barang siapa yang berdakwah mengajak kepada fikrah tersebut maka sesungguhnya dia akan mendapatkan ganjaran sebgaimana dakwahnya tersebut.
Di dalam berdakwah di jalan Allah swt menunjukan bahwa adanya kasih sayang sesama hamba Allah swt. Karena pada dasarnya, seorang dai menghendaki manusia keluar dari kehinaan dan percerai-beraian di bawah himpitan tatanan kehidupan yang rendah kepada sebuah kemuliaan agama dan rasa lapang dengan tatanan kehidupan yang menjamin kebahagiaan manusia.  Juga pada hakikatnya para da’i hendak mengeluarkan manusia dari neraka ke dalam surga.
Inilah dua tujuan yang mulia diantara tujuan-tujuan ibadah. Pun keduanya adalah tujuan dari dakwah dan merupakan sebuah keselamatan yang tercapai dari tujuan tersebut.
Dalam dakwahnya, para Nabi dan Rasul telah mengkomitmenkan diri mereka terhadap perintah-peintah Allah swt serta konsisten terhadap tujuan dari Allah swt menciptakan mereka. Mereka pula telah merasakan rasa perih dan luka atas dakwahnya menuju keselamatan. Sungguh Allah swt telah mengisahkan di dalam alquran tentang perjuangan para Nabi dan Rasulnya beserta kaumnya sebagai bukti abadi bahwa keselamatanlah bagi para pendakwah dan kehancuran bagi orang-orang yang dzholim yang menentang. Berikut beberapa kisah dalam alquran tentang perjuangan para Nabi dan Rasul dalam berdakwah:
Kisah Nabi nuh dan kaumnya:
فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَجَعَلْنَاهُمْ خَلائِفَ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ
 “Kemudian mereka mendustakan(Nuh), lalu kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal, dan kami jadikan mereka itu khalifah dan kami tenggelamkan orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”. (yunus; 73)
Kisah Nabi hud:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ
“Dan ketiaka adzab kami datang, kami selamatkan hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat kami. Kami selamatkan pula mereka(di akhirat) dari adzab yang berat”. (hud; 58)
Kisah Nabi sholih:
قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
“Maka ketika keputusan kami datang, kami selamatkan sholeh dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (kami selamatkan) dari kehinaan pada hari itu. Sungguh,Tuhanmu, Dia maha kuat, maha perkasa”.  (hud; 62)
Kisah Nabi luth:
قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ* فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
“Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?. Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi”. (hud; 81-82)
Kisah Nabi syu’aib:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya”. (hud; 94)
Kisah Nabi musa:
فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ* وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
“Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka”. (al-a’raf; 136)
Kisah suatu negri yang terletak di dekat laut:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (al-a’raf; 165)
Ayat-ayat di atas menguatkan bahwa keselamatan ada pada dakwah dijalan Allah swt. Dan ini adalah janji Allah swt terhadap orang-orang yang beriman (yunus; 103). Maka sebuah keselamatan bagi orang-orang yang beriman dan berdakwah dijalan Allah swt adalah sebuah kebenaran atas janji dan hukumNya. sayyid quthb rahimahullah berkata: “ ini adalah sunatullah di muka bumi. Dan ini adalah janjiNya kepada para waliNya di muka bumi. Maka apabila jalan panjang atas sekelompok orang yang beriman, ketahuilah bahwa itu adalah jalannya dan yakinlah bahwa kesudahan yang baik adalah balasan bagi orang-orang yang beriman. Janganlah tergesah dengan janji Allah swt sampai tiba saatnya. Sesungguhnya Allah swt tidak akan menipu para waliNya dan tidak lemah untuk menolong mereka dengan kekuatanNya serta menyelamatkan mereka terhadap musuh-musuhnya. Akan tetapi Allah swt akan mengajarkan kepada mereka serta melatih mereka dan menambahkan ujian kepada mereka dengan jalan yang lebih panjang.(fi zilalil quran 3/1812)
Tidak ada kerugian di dalam dakwah:
Bukan perkara dakwah seperti yang disangka oleh kebanyakan orang bahwasanya berdakwah itu melelahkan dan merugikan, menyakitkan dan menyedihkan. Kendatipun berdakwah memang melelahkan dan sulit akan tetapi ia terasa nikmat, ia menguatkan hati. Oleh karenanya  para da’i mengorbankan dirinya dijalan dakwah baik dengan harga mahal ataupun murah. Ia akan menjadi penawar mereka dari adzab dan mereka akan mendapatkan kematian sebagai awal kehidupan pada masanya. Mereka itu orang-orang yang paling bahagia. Adapun kesudahan bagi mereka para du’at adalah kebahagiaan dan selain mereka adalah merugi. Dan kesudahan mereka adalah abadi sedang selainnya adalah fana.
Dakwah Nabi muhammad saw aman bagi manusia:
Melihat hubungan ayat-ayat alquran yang mengkisahkan tentang perjuangan para Nabi dan Rasul bersama kaumnya dalam berdakwah, bahwasanya orang-orang yang mendustakan diantara kaumnya, mereka dibinasakan oleh Allah swt swt dengan adzab sehingga mereka tidak di biarkan di atas muka bumi ini. Dan Allah swt tidak menyisakan di antara mereka yang mendustakan. Kemudian dengan datangnya Nabi Muhammad saw, diangkatlah pembinasaan ini yang umumnya dengan badai, banjir dan angin sebagai sebuah kemuliaan terhadap umat ini. Dimana tidak terlepas dari orang-orang yang berdiri karena Allah swt dengan hujjah serta tidak terlepas dari segolongan orang yang menjalankan perintah Allah swt sehingga Allah swt mendatangkan perintahnya. Dan segolongan orang itu adalah para du’at. Dan karena mereka Allah swt menuliskan keselamatan untuk umat dari kehancuran. Maka dimana bumi telah lepas dari pekerjaan mulia ini terhadap Allah swt, disanalah kiamat akan tiba.
Hal ini telah banyak diterangkan dalam hadits Nabi saw di antaranya:
-sabda Rasul saw: “tidak akan datang hari kiamat kecuali kepada seburuk-seburuknya manusia”.(shohih muslim 4/2267)
-sabda Rasul saw: “tidak akan datang hari kiamat kepada seorang yang berkata “Allah,  Allah”.(shohih muslim, syarh nawawi 1/171) Dan dalam suatu riwayat “ketika tidak lagi disebutkan di atas muka bumi “Allah, Allah”
-sabda Rasul saw: "akan dicabut nyawa orang-orang solih terlebih dahulu, maka tersisalah orang-orang yang buruk seperti ampas kurma atau gandum dan  Allah sama sekali tidak memperduliakn mereka".(shohih bukhori 8/114)
Di antara hadits-hadits di atas menunjukan bahwasanya hari kiamat ditandai dengan hilangnya dakwah dan para du’at. Akan tetapi bukan berarti bahwa tanda ini sebagai sebab atau syarat dari sebuah akibat yaitu hari kiamat. Melainkan bahwa Allah swt memuliakan manusia dengan dakwah dan para du’at tersebut. Karena selama ada para du’at dan dakwah maka selama itu pula tujuan dari penciptaan ini tetap ada. Maka apabila telah hilang para du’at dan dakwah, merugilah manusia hidup dimuka bumi ini. Demikianlah, karena sesungguhnya manusia ada diantara dua penutupan atau diantara permulaan dan penutupan.
Yang pertama:  firman Allah swt “dan ingatlah ketika tuhan mu berkata kepada malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan kholifah di muka bumi”(albaqoroh; 30)
Yang kedua: sabda Rasulullah saw Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala akan mengutus suatu angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Maka tidak seorangpun (karena angin tersebut) yang akan disisakan dari orang-orang yang masih ada iman walau seberat biji dzarrah kecuali akan dicabut ruhnya" (shohih muslim, syarh nawawi 1/132)
Dan hadits yang dikeluarkan oleh imam muslim dari abduraham bin syamasah ra ia berkata: ketika aku bersama musalamah bin mukhollid dan bersamanya pula abdullah bin ‘amr bin ‘ash, kemudian berkata abdullah : tidak akan tiba hari kiamat kecuali kepada seburuk-buruknya makhluk, mereka lebih buruk dari orang-orang jahiliyah, mereka tidaklah meminta kepada allah kecuali allah menolaknya. Kemudian datang uqbah bin amir lalu berkata musallamah: wahai uqbah dengarkanlah apa yang dikatakan abdullah. Kemudian uqbah berkata: dia lebih mengetahui, adapun saya mendengar rasul saw bersabda :'tidak akan musnha golongan dari ummatku yang berperang atas perintah allah menundukan musuh-musuh mereka. Mereka tidak dimadorotkan oleh orang yang menentang mereka. Sehingga datang kepada mereka hari kiamat" kemudian berkata abdullah: benar, kemudian allah mengutus angin seperti angin misk lembutnya melebihi lembut sutra. Maka tidak ditinggalkan seorangpun yang ada dalam hatinya keimanan seberat dzarrah kecuali akan dicabut nyawanya, maka tersisalah orang-orang yang yang jahat terhadap mereka terjadilah hari kiamat.(shohih muslim 3/1524)
Mari kita seksama perhatikan terhadap riwayat diatas yang mejelaskan akan adanya golongan orang-orang beriman sampai hari kiamat dan terjadinya peristiwa hari kiamat menimpa orang-orang yang terburuk. Riwayat ini bisa diartikan bahwa akan ada segolongan orang-orang yang beriman sampai hari kiamat, maksudnya adalah sampai mendekati peristiwa hari kiamat. Seperti pendapat imam nawawi ketika mensyarah hadits “sesungguhnya allah akanmengutus angin dari yaman...” kemudian berkata adapun hadits yang lain “tidak akan musnah golongan dari umatku yang nampak di atas kebenaran sampai hari kiamat” kedua hadits tersebut tidak bertentangan. Karena makna sesungguhnya adalah bahwa orang-orang mukmin tidak akan musnah di atas kebenaran sehingga sampai angin yang diutus mematikan mereka.(shohih muslim; syarah nawawi 1/133)
Maka tatkala seorang da’i telah mempersiapkan dirinya untuk berjihan dan mengorbankan dirinya dijalan allah, lalu ia masuk bagaikan barisan yang berhadapan dengan musuh-musuh islam. Maka dengan izin allah mereka akan dimenangkan dan selamat sedang musuh-musuhnya memperoleh kekalahan dan kehancuran.
Keselamatan atau keberhasilan disini bukan keberhasilan secara pribadi dari penyakit dan bencana, melainkan keberhasilan secara jama'ah dan fikrah dipenghujung kelak. Adapun diakhirat kelak, gambaran dari sebuah keberhasilannya adalah kenikmatan yang kekal, surga seluas langit dan bumi yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbayangkan oleh hati manusia.
Wallah a'lam
Dimanqul dari qowa'id ad da'wah DR. Hamam Abdurahim Sa'ied   

a.bakrs
islamic mission city cairo



0 komentar:

Posting Komentar