Bismillah, dan kuawali butiran mutiara ini yang akan ku untai menjadi sebuah kata yang akan mengisi ruang surga dunia.
****
Telah lebih dari delapan ribu enam ratus empat puluh jam kaki ini menapaki butir kasar tanah pasir di tengah luasnya sahara. mata ini memandang coklat kumuh warna debu yang bertengger di setiap sudut kaki-kaki rumah susun dan bangunan-bangunan yang membisu bagaikan batangan coklat yang kering terbakar matahari. Kulit ini merasakan sentuhan perih angin panas yang yang berhembus dari mulut sahara.
Telinga ini pekik mendengar jeritan-jeritan keledai bodoh dengan tunggangan bawang dan rotinya, teriakan-teriakan manusia kasar dengan mulut besarnya di setiap persimpangan jalan, bergelantungan di atas kendaraan bernafas asap hitam. Lidah ini telah merasakan hambar tawarnya air yang menjadi jalan selamatnya Musa dari tangan musuh besar Tuhan.
Telah lebih dari tiga ratus enam puluh siang dan malam yang silih berganti, tubuh ini terhempaskan kesana kemari mencari nafas hidupnya. Hati ini pasang surut dengan keimanan yang menggenangi ruang kosong di jiwanya.
Satu dari usiaku yang dititipkan Tuhan telah kutitipkan pula di negeri seribu menara ini, negri para pemegang risalah Tuhan, dan pula negeri para musuh besar Tuhan. Kelak negeri ini akan menyampaikan usia yang ku titipkan kepadanya kepada Tuhan yang mengukir rentetan usiaku. Kelak ia akan menyuguhkan tawarnya air yang kuminum, di meja pengadilan Tuhan, dan aku tidak pernah tahu air yang apakah yang kelak ia suguhkan. Dan kuharap air yang kelak ia suguhkan adalah apa yang telah menggenangi ruang kosong dijiwa ini. Kelak ia pula akan melukiskan ruang kosong di jiwa ini. Akankah tetap lukisan ruang kosong atau telah tergenangi dengan keimanan yang sekalipun pasang surut disetiap malam dan siangnya? namun tetap aku tidak pernah tahu.
Telah lebih dari batas waktu yang dimana setiap manusia menjadikannya batas ukuran untuk menghitung usianya. akhirnya,Tak akan kuhapus lukisan siang-malam yang telah silih berganti menghitung perjalanan usiaku, dan akan tetap kubiarkan genangan iman itu mengisi ruang kosong di jiwa ini hingga akhirnya tak mampu lagi menampungnya dan tumpah megalir menganaksungai mengaliri ke seluruh aliran darah di jiwa ini.
Allhumma tsabbit qolbi 3ala dienik
setahun di tengah terik sahara
a.bakrs
islamic mission city cairo
Sabtu, 13 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar