Jumat, 10 Desember 2010

"ngantuk di kelas" musibah penuntut ilmu

Setelah muhadoroh (jam kuliah) selesai, seperti biasa, saya dan teman-teman langsung menuju masjid al-azhar yang terlentak tepat di samping kampus al-azhar untuk sholat dzhuhur dan sejenak melepas lelah di sana. Dan ketika saya dan teman-teman sedang duduk-duduk santai, tiba-tiba salah satu diantara teman saya curhat singkat "tadi saya lihat dosennya makin lama kok makin keliatan jauh dan kecil yah, terus tiba-tiba ruangan kok jadi tampak begitu gelap dan tak terlihat apa-apa. tapi begitu ruangan terlihat terang lagi, dosen dan anak-anak kok malah keluar ninggalin ruangan. kenapa yah?" "halah.. gelap dari hongkong, la wong ente baru aja muqoddimah materi udah molor. Gimana gak gelap tuh ruangan!" teman saya yang lainnya pun menimpali curhatanya.
Saya dan teman-teman pun sontak tertawa mendengar curhatan dia ketika dia tertidur di kelas tadi. Teman saya yang satu itu memang pandai sekali membuat candaan. apapun bisa dibuat rilex sama dia.
Rasa kantuk di kelas memang sering menggangu aktifitas belajar di kelas, apalagi bagi orang yang bersungguh-sungguh untuk bisa memahami apa yang disampaikan sang pengajar kepadanya. Rugi memang rasanya bila pergi ke kuliah atau ke majlis ilmu tapi tidak mendapatkan ilmu apa-apa dari yang disampaikan sang pengajar.
Saya teringat beberapa hari yang lalu ketika sang dosen ushul fiqih menegur salah seorang mahasiswa yang tertidur di kelas saat sang dosen menerangkan materi mata kuliahnya. ketika itu sang dosen memang tidak marah, beliau hanya bertanya sambil tersenyum kepada mahasiswa tersebut "kenapa kamu tidur di kelas saat jam kuliah?" lalu mahasiswa itu menjawab "afwan ya ustadz, tadi malam saya banyak pekerjaan dan tidur terlalu larut malam" dengan singkat pak dosen berkata kepadanya "hadzihi mushibatuka (ini adalah musibahmu)".
Bagi saya, pernyataan dosen tersebut tidak bisa didengar lalu begitu saja. Sekalipun kita memiliki alasan yang logis kenapa bisa sampai tidur di kelas, tapi itu tetap merupakan sebuah musibah bagi para penuntut ilmu. Iya, musibah, karena kita di saat yang sama berkumpul bersama di majlis ilmu dan orang lain mendapatkan ilmu yang sangat berharga sedangkan kita tidak mendapatkan apa-apa karena tertidur lelap. musibah karena kita telah kehilangan waktu yang sangat berharga di majlis ilmu hanya gara-gara tertidur.
Ternyata, tolibul ilmi yang datang menghadiri majlis ilmu lalu dia tertidur pun masih dikatakan ia telah mendapatkan musibah baginya, apalagi bagi tolibul ilmi yang sama sekali tidak mendatangi majlis-majlis ilmu dan bermalas-malasan, tentunya itu sebuah musibah yang sangat besar baginya. Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban, tidak terlepas dari kesungguh-sungguhannya dalam menuntut ilmu. Seperti dalam banyak firman Allah swt yang mengatakan "Afalaa ta'qilun (apakah kalian tidak berakal), Afalaa tadzakkaruun, Afalaa tatafakkaruun (apakah kalian tidak berfikir), La'allakum tatafakkaruun (agar kamu sekalian berfikir) dan banyak lagi firman Allah swt yang menyuruh kita untuk berfikir dan menuntut ilmu. Lebih jelas lagi dalam ayat lain Allah swt berfirman "fas-aluu ahla dzikra inkuntum laa ta'lamun(maka bertanyalah kepada ahli dzikir(berilmu) jika kalian tidak mengetahui). Al-anbiya:7
ayat-ayat di atas sesungguhnya telah menyuruh kita agar senantiasa menuntut ilmu. Begitu pula seperti dalam hadits dhoif namun bisa diamalkan sebagai fadhilah amal “Uthlubul ilma walau bishin” yang artinya “Tuntutlah ilmu walau ke negri cina”. Juga pada hadits yang lain “Tholabul 'Ilmi Fariidhotun 'Ala Kulli Muslimin” yang artinya “menuntut ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim”.
Malu rasanya bila kita harus bercermin terhadap kegigihan para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu. Mereka tidak sedikitpun melepaskan kesempatan waktunya untuk mendapatkan ilmu. Seperti apa yang dikatakan oleh Aljunaid, seorang ulama sufi, beliau berkata“Andaikan aku tahu, bahwa ada waktu yang lebih mulia daripada waktu kami ini ketika berkumpul dengan para sahabat dan guru kami, dan ketika kami menanyakan berbagai masalah dan menuntut ilmu ini, tentu aku akan bangkit mencarinya”.
Alangkah mulianya waktu di saat menuntut ilmu, apalagi di saat mempelajari ilmu agamaNya. Di sana kita akan berfikir dan mengagungkan kebesaran ilmuNya. Bukankah bertafakkur akan keagunganNya itu lebih baik dibandingkan ibadah sunnah berkali-kali?. Contoh lain akan kegigihan para ulama terdahulu dalam memanfaatkan waktunya untuk ilmu. Seperti Yahya bin Yahya, seorang pemuda dari Andalusia, Spanyol yang pergi berhijrah ke madinah dan pada saat itu belum ada kendaraan yang cepat seperti pada saat ini hanya untuk menuntut ilmu, kemudian ia berguru kepada Imam Malik. Dan pada saat ia mengikuti majlis ilmunya imam malik, tiba-tiba datang serombongan orang dengan membawa seekor gajah. Demi melihat binatang langka yang berbadan besar itu, murid-murid Imam Malik berhamburan keluar meninggalkan majlis ilmu tersebut. Majlis ilmu pun kosong, kecuali tinggal seorang murid dan gurunya, Imam Malik. Siapakah dia? Seorang murid itu adalah Yahya bin Yahya yang datang dari negri spanyol itu. Melihat muridnya yang satu itu tidak beranjak keluar bersama murid-murid yang lainya, Imam Malik bertanya kepadanya “Mengapa engkau tidak keluar bersama teman-temanmu yang lain?” dengan spontan dan mantap yahya bin yahya menjawab, “saya jauh-jauh datang dari andalusia untuk menuntut ilmu dan bukan untuk melihat gajah!”. Dan akhirnya Imam Malik menyandangkan gelar untuknya dengan sebutan “al’aqiela al-andalusia”
Subhanallah, ia tidak ingin sedikitpun kehilangan waktunya ketika menuntut ilmu hanya untuk hal yang sia-sia. Imam Nawawi, beliau habiskan malam-malamnya untuk membaca dan beribadah sampai-sampai ia tidak merasa bahwa dirinya telah makan malam yang disuapi oleh ibunya. Kemudian Muhammad bin Alhasan. Beliau tidak pernah tudur malam dan meletakan banyak buku di sekelilingnya. Maka apabila ia bosan membaca satu buku, ia mengambil buku yang lainnya dan begitu seterusnya. Ibn Taimiyah, beliau selalu meminta muridnya membacakan kitab dari luar kamar mandi manakala beliau masuk dan berada di kamar mandi. Dan banyak lagi ulama terdahulu yang tidak mau kehilangan waktunya sedikitpun demi menuntut ilmu.
Lalu bagaimana kita? Betapa seringnya kita kehilangan waktu yang sangat berharga di saat kita menuntut ilmu. Kadang kita tertidur di saat sang guru menjelaskan tentang ilmu yang sangat berharga, terkadang juga kita tidak pedulinya bercanda dengan teman satu bangku di saat sang guru menjelaskan tentang ilmu. Berapa banyak yang tertidur di saat khotib jum’at sedang berkhutbah? Berapa banyak pula jam’ah yang tertidur saat mendengarkan ceramah pengajian dari seorang ustadz atau kiyai?

Wahai saudaraku, mengantuk dan tidur di kelas pun merupakan sebuah musibah bagi penuntut ilmu, lantas apakah kita masih bermalas-malasan dengan menjauhi majlis-majlis ilmu. Mari kita perbarui semangat kita dalam menuntut ilmu. Mudah-mudahan dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu, kita termasuk orang-orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah swt. Sebagaimana janjiNya dalam firmanNya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Almujadalah : 58).

Wallahu a’lam

a.bakrs
Islamic Mission city Cairo





0 komentar:

Posting Komentar